Sabtu, 01 Oktober 2011

Alat-alat Evaluasi

 
EVALUASI PEMBELAJARAN
ALAT-ALAT EVALUASI


Kompetensi dasar
Mendeskripsikan teknik tes dan teknik non tes serta penerapannya pada    kegiatan belajar mengajar.

Indikator
·     Mahasiswa dapat membedakan tes dan non tes
·   Mahasiswa dapat membedakan tes formatif, dan tes sumatif

1.  Alat evaluasi Tes 

1.1. Pengertian Tes

Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata (kalimat sendiri).
Norman (1976) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan obyektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh pelatih. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Secara umum tes diartikan sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Menurut Sudijono (1996), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati atau mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numerik atau sistem kategori (Cronbach , 1984).

1.2. Fungsi Tes

Secara umum, ada beberapa macam fungsi tes di dalam dunia pendidikan. Pertama, tes dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar peserta didik. Kedua, tes dapat berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran. Ketiga, tes dapat berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Keempat, tes yang dimaksudkan untuk menentukan berhasil tidaknya peserta didik sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

1.3. Penggolongan Tes

Ditinjau dari fungsinya sebagai alat untuk mengukur hasil belajar peserta didik sebagai efek atau pengaruh kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi dua golongan:
1.      Pertama, tes awal (pre-test). Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh peserta didik.  
2.      Kedua, tes akhir (post-test). Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh peserta didik atau belum.
Ditinjau dari aspek psikis yang akan diungkap, tes dibedakan menjadi lima golongan:
1.      Pertama, tes inteligensi (intellegency test) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdasan seseorang.
2.      Kedua, tes kemampuan (aptitude test) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes. 
3.      Ketiga, tes sikap (attitude test) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu respon terhadap obyek yang disikapi.
4.      Keempat, tes kepribadian (personality test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara mengatasi masalah, dan lain sebagainya.
5.      Kelima, tes hasil belajar (achievement test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.
Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti tes, maka tes dibedakan menjadi dua golongan:
1.      Pertama, tes individual (individual test), yaitu tes dimana pelaksana tes hanya berhadapan dengan satu orang peserta.
2.      Kedua, tes kelompok (group test), yaitu tes dimana pelaksana tes berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta.
Ditinjau dari waktu yang disediakan bagi peserta, maka tes dibedakan menjadi dua golongan, yaitu power test Power test adalah tes yang tidak ada pembatasan waktu bagi peserta, sedangkan speed test adalah tes yang membatasi waktu pengerjaan tes bagi peserta.
Ditinjau dari bentuk respon, tes dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tes verbal adalah tes yang menghendaki jawaban (respon) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tulisan, sedangkan tes nonverbal adalah tes yang menghendaki jawaban (respon) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.
Ditinjau dari aspek yang hendak diukur, tes dibedakan atas tes tertulis adalah tes yang mengajukan butir-butir pertanyaan dalam bentuk tertulis dan testee memberikan jawaban juga dalam bentuk tertulis, tes lisan lisan adalah tes yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan dan testee juga memberikan jawaban dalam bentuk lisan, dan  tes perbuatan atau tes praktek
Tes tertulis digunakan untuk mengukur aspek kognitif,  tes lisan digunakan untuk pendalaman terhadap aspek kognitif yang belum terukur melalui tes tertulis, sedang tes perbuatan atau tes praktek digunakan untuk mengukur aspek psikomotorik atau keterampilan.

2.Alat evaluasi non Tes
2.1. Pengertian non Tes

Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, , dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Cara nontes yaitu pengamatan/observasi, wawancara/interview, angket, dan pemeriksaan dokumen.

2.2.Jenis-jenis non tes

1. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a.       Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
b.      Observasi sistematis dan nonsistematis
c.       Observasi eksperimental

2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 177) Wawancara adalah pertemuan antarpribadi yang dilakukan secara informal antara seorang atau sejumlah murid dengan seorang dewasa untuk memperoleh pendapat otoritatif atas keterangan-keterangan informal mengenai beberapa hal.
Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:134) wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai.
Tujuan wawancara ialah :
1.      Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu
2.      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiahü
3.       Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.ü
Macam-macam wawancara :
a.       Wawancara terpimpin/terstruktur
b.      Wawancara tidak terpimpin/tidak terstruktur

3.Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Ditinjau dari strukturnya angket dapat dibagi menjadi 2 macam :
1)      Angket berstruktur
2)      Angket tidak berstruktur

4.Pemeriksaan Dokumen
Untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi kapan peserta didik itu diterima di lembaga kursus tersebut, darimana lembaga kursus asalnya, apakah peserta didik tersebut pernah tidak lulus dalam suatu program, dan sebagainya.
Berbagai informasi yang direkam melalui angket, baik informasi pribadi peserta didik dan lingkungannya akan bermanfaat pada saat-saat tertentu. Dengan demikian, maka dalam pelaksanaan pengukuran hasil belajar tidak semata-mata dilakukan dengan tes, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan non-tes, terutama untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kejiwaan peserta didik, seperti persepsi terhadap mata pelajaran tertentu, persepsi terhadap pelatih, minat, bakat, tingkah laku, dan sikap yang tidak mungkin diukur dengan tes.

3.Alat Evaluasi Fomatif
3.1. Pengertian
Tes formatif adalah yang perlu dibahas untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran, tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakah peserta didik terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Tes formatif ini akan memberikan masukan atau umpan balik yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan intensitas proses belajar dalam diri setiap diri peserta didik melalui peningkatan kesesuaian antara tiga unsur, yaitu struktur kognitif peserta didik,  karakteristik konsep yang dipelajari, dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan terakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah, tes formatif ini biasa dikenal dengan ulangan harian. Materi dari tes formatif ini biasanya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir soal yang mudah dan yang susah. Tujuan dari tes sumatif adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik dan sekaligus juga untuk memperbaiki proses pembelajaran.

4.Alat Evaluasi Sumatif
4.1. Pengertian
Tes ini adalah tes yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dikenal dengan istilah ulangan umum atau ebta. Nilai ebta ini dipakai untuk mengisi nilai rapot atau nilai ijazah. Tes ini disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diberikan selama satu catur wulan atau satu semester. Tes sumatif ini dilaksanakan secara tertulis agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes ini pada umumnya juga lebih sulit daripada butir-butir soal tes formatif.



DAFTAR FUSTAKA


Dasar-dasar Pendidikan Fisika 1


DASAR-DASAR PEMBELAJARAN FISIKA 1
  1. Hakikat pendidikan IPA
  2. Awal perkembangan ilmu pengetahuan alam
  3. Faktor perkembangan dan peranan IPA di sekolah

Kompetensi Dasar           
Mampu memahami karakteristik dan hakikat keilmuan dan tujuan dari pendidikan IPA

Indikator                                                        
·                Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik dan hakikat keilmuan sains
·                       Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi sains
·                       Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan pendidikan Fisika

1.         Hakikat Pendidikan IPA

1.1.         Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian – bagian dari alam dan interaksi didalamnya, sehingga Fisika berhubungan dengan pengamatan, pemahaman, dan peramalan fenomena alam, termasuk sifat – sifat system buatan manusia.
Mata pelajaran Fisika adalah mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuam berfikir analisis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. ( Depdiknas, 2002:7 )
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang di dalamnya mempelajari bagian – bagian dari alam dan interaksinya, sehingga membutuhkan kemempuan berfikir analisis secara deduktif dengan menggunakan matematika.
          Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
          IPA mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan (fakta) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Ilmu pengetahuan alam sepadan dengan kata sains (science), sains sendiri artinya pengetahuan. Sains kemudian diartikan sebagai natural sains, yang diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences.
          H.W. Fowler dan kawan-kawan (1951), mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi.
          Nabes di dalam bukunya Science in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Kedua pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar IPA adalah ilmu teoretis, tetapi teori itu didapat dari pengamatan dan ekperimentasi terhadap gejala-gejala alam.

Merujuk pada beberapa pengertian IPA diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1)      Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2)      Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3)      Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4)      Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh. Sama halnya IPA, pendidikan IPA mempunyai pengertian sendiri. Dibawah ini adalah beberapa pengertian pendidikan IPA, antara lain:
1. Pendidikan IPA pada hakekatnya merupakan upaya penyadaran dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran ( Reviandari, 2008: 2)
2. Pendidikan IPA adalah salah satu aspek pendidikan yang menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan (Moh. Yamin, 1990)
3. Pendidikan IPA adalah medan gabungan dengan tanya jawab tentang hal yang berisi ilmu pengetahuan alam dan proses individu tidak bisa dipandang dari masyarakat (Wikipedia Ensiklopedia)

           1.2. Karakteristik IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a.       IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b.      IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006).
c.       IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
d.       IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e.       IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
1.3.Fungsi

Fungsi ilmu IPA (Sains), antara lain :
*      Menerangkan (Explain), Sains adalah ilmu yang bias menerangkan berdasarkan peristiwa-peristiwa atau fenomena alam semesta.
*      Memprediksi (prediction), meramalkan hal-hal yang mungkin akan terjadi secara logis.
*      Mengendalikan (control), Mengantisipasi terhadap hal-hal yang akan terjadi sehungga kita dapat mengambil langkah yang benar/terbaik (untuk pemanfaatan).

            1.4. Tujuan

Tujuan Pendidikan IPA secara umum, yaitu :
1.      Mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan Ketrampilan Proses, di mana dalam IPA keterampilan proses lebih penting daripada hasil / produk.
2.      Mengenal / memupuk rasa cinta tanah air dan berkeTuhanan YME.
3.      Mengembangkan nilai / sikap.
4.      Mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
5.      Mengembangkan konsep IPA yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan IPA (KBK)
vMenanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keindahan     yang terkandung dalam aturan alam ciptaanNya.
v  Memupuk sikap ilmiah yang mencangkup : sikap jujur dan objektif terhadap data, sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau menubah pandanganya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah,

2.          Pembelajaran Pendidikan IPA di Sekolah
IPA memegang peranan penting sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap bagaimana gejala atau fenomena alam terjadi. IPA menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki saat memasuki era informasi dan teknologi seperti sekarang ini. IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas maksudnya manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Sehingga pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidkan (KTSP) pokok pembelajaran pendidikan IPA di Sekolah memiliki materi yang memuat kajian dimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagaitingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan.
Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta (Sismanto, 2007). Pada konteksnya pendidikan IPA di Sekolah diajarkan dengan pemisahan antara biologi, fisika dan kimia. Pembelajaran IPA di Sekolah secara utuh mengajak peserta didiknya untuk mulai ke arah berpikir abstrak dengan mengenalkan IPA secara utuh dengan harapan muncul upaya penyelidikan-penyelidikan ilmiah.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Dalam belajar IPA di sekolah, peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan IPA.

3.       Awal perkembangan ilmu pengetahuan alam

            3.1.Perkembangan Pendidikan IPA di Indonesia
Perkembangan pendidikan IPA di Indonesia dianggap sebagai peradigma baru dalam pendidikan IPA. Perkembangan yang signifikan yaitu pendekatan pembelajaran orientasi terhadap keanakaragaman karakteristik subyek didik. Pendidikan IPA dapat digunakan sebagai media untuk mengenali perspektif perkembangan bangsa dan digunakan sebagai basis pengembangan teknologi dan pembangunan. Tanggung jawab pendidikan IPA dalam pembagunan bangsa semakin berat dan perlu pembaharuan agar tidak ditinngal oleh bangsa itu sendiri, karena pendidikan IPA kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Salah satu bentuk usaha dalam mengembangkan pendidikan IPA adalah melalui modernisasi pendidikan IPA. Usaha modernisasi pendidikan IPA dilakukan terus-menerus dari waktu ke waktu. Modernisasi adalah proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesui dengan tuntutan zaman. Modernisasi pendidikan IPA maksudnya mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru.
Modernisasi IPA dari negara lain seperti negara Barat telah mengimbas ke Indonesia. Pada tahun 1969 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengidentifikasi 4 masalah dalam bidang pendidikan yang kemudian menjadi dasar modernisasi pendidikan Indonesia, yaitu:
1. Pemerataan (kuantitas) pendidikan
2. Mutu (kualitas) pendidikan
3. Relavansi pendidkan
4. Efektivitas dan efisiensi pendidikan

Adapun ciri-ciri modernisasi pendidikan IPA di era global, antara lain:
1)      Menggunakan TIK dalam berbagai aspek manajemen pembelajaran
pendidikan IPA.
2)      Menggunakan kurikulum berbasis tujuan.
3)      Menerapkan sistem penyampaian yang mengktifkan peserta didik dengan media berupa buku IPA dengan pendekatan modul pembelajaran dalam bentuk tercetak atau CD, bila perlu menggunakan e-learning atau distance learning.
4)      Materi IPA disesuaikan dengan struktur keilmuan IPA serta memasukan masalah ”sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat” (SALINGTEMAS).
5)      Menerapkan sistem penilaian menggunakan teknik dan instrument penilaian yang variatif.
Di era globalisasi ini, tantangan utama dalam pendidikan IPA adalah bagaimana melakukan pembelajaran IPA. Modernisasi pendidikan IPA dilakukan mengikuti kecenderungan baru dalam teknologi pendidikan IPA. Modernisasi pendidikan IPA di era global akan sangat bermanfaat dalam merealisasikan pendidikan IPA yang efektif dan efisien. Kemajuan Ilmu IPA akan mendrong kemajuan teknologi yang menggunakan ilmu IPA sebagai dasarnya.


DAFTAR PUSTAKA