Sabtu, 01 Oktober 2011

Dasar-dasar Pendidikan Fisika 1


DASAR-DASAR PEMBELAJARAN FISIKA 1
  1. Hakikat pendidikan IPA
  2. Awal perkembangan ilmu pengetahuan alam
  3. Faktor perkembangan dan peranan IPA di sekolah

Kompetensi Dasar           
Mampu memahami karakteristik dan hakikat keilmuan dan tujuan dari pendidikan IPA

Indikator                                                        
·                Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik dan hakikat keilmuan sains
·                       Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi sains
·                       Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan pendidikan Fisika

1.         Hakikat Pendidikan IPA

1.1.         Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian – bagian dari alam dan interaksi didalamnya, sehingga Fisika berhubungan dengan pengamatan, pemahaman, dan peramalan fenomena alam, termasuk sifat – sifat system buatan manusia.
Mata pelajaran Fisika adalah mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuam berfikir analisis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. ( Depdiknas, 2002:7 )
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang di dalamnya mempelajari bagian – bagian dari alam dan interaksinya, sehingga membutuhkan kemempuan berfikir analisis secara deduktif dengan menggunakan matematika.
          Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
          IPA mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan (fakta) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Ilmu pengetahuan alam sepadan dengan kata sains (science), sains sendiri artinya pengetahuan. Sains kemudian diartikan sebagai natural sains, yang diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences.
          H.W. Fowler dan kawan-kawan (1951), mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi.
          Nabes di dalam bukunya Science in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Kedua pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar IPA adalah ilmu teoretis, tetapi teori itu didapat dari pengamatan dan ekperimentasi terhadap gejala-gejala alam.

Merujuk pada beberapa pengertian IPA diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1)      Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2)      Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3)      Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4)      Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh. Sama halnya IPA, pendidikan IPA mempunyai pengertian sendiri. Dibawah ini adalah beberapa pengertian pendidikan IPA, antara lain:
1. Pendidikan IPA pada hakekatnya merupakan upaya penyadaran dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran ( Reviandari, 2008: 2)
2. Pendidikan IPA adalah salah satu aspek pendidikan yang menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan (Moh. Yamin, 1990)
3. Pendidikan IPA adalah medan gabungan dengan tanya jawab tentang hal yang berisi ilmu pengetahuan alam dan proses individu tidak bisa dipandang dari masyarakat (Wikipedia Ensiklopedia)

           1.2. Karakteristik IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a.       IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b.      IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006).
c.       IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
d.       IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e.       IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
1.3.Fungsi

Fungsi ilmu IPA (Sains), antara lain :
*      Menerangkan (Explain), Sains adalah ilmu yang bias menerangkan berdasarkan peristiwa-peristiwa atau fenomena alam semesta.
*      Memprediksi (prediction), meramalkan hal-hal yang mungkin akan terjadi secara logis.
*      Mengendalikan (control), Mengantisipasi terhadap hal-hal yang akan terjadi sehungga kita dapat mengambil langkah yang benar/terbaik (untuk pemanfaatan).

            1.4. Tujuan

Tujuan Pendidikan IPA secara umum, yaitu :
1.      Mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan Ketrampilan Proses, di mana dalam IPA keterampilan proses lebih penting daripada hasil / produk.
2.      Mengenal / memupuk rasa cinta tanah air dan berkeTuhanan YME.
3.      Mengembangkan nilai / sikap.
4.      Mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
5.      Mengembangkan konsep IPA yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan IPA (KBK)
vMenanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keindahan     yang terkandung dalam aturan alam ciptaanNya.
v  Memupuk sikap ilmiah yang mencangkup : sikap jujur dan objektif terhadap data, sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau menubah pandanganya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah,

2.          Pembelajaran Pendidikan IPA di Sekolah
IPA memegang peranan penting sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap bagaimana gejala atau fenomena alam terjadi. IPA menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki saat memasuki era informasi dan teknologi seperti sekarang ini. IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas maksudnya manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Sehingga pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidkan (KTSP) pokok pembelajaran pendidikan IPA di Sekolah memiliki materi yang memuat kajian dimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagaitingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan.
Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta (Sismanto, 2007). Pada konteksnya pendidikan IPA di Sekolah diajarkan dengan pemisahan antara biologi, fisika dan kimia. Pembelajaran IPA di Sekolah secara utuh mengajak peserta didiknya untuk mulai ke arah berpikir abstrak dengan mengenalkan IPA secara utuh dengan harapan muncul upaya penyelidikan-penyelidikan ilmiah.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Dalam belajar IPA di sekolah, peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan IPA.

3.       Awal perkembangan ilmu pengetahuan alam

            3.1.Perkembangan Pendidikan IPA di Indonesia
Perkembangan pendidikan IPA di Indonesia dianggap sebagai peradigma baru dalam pendidikan IPA. Perkembangan yang signifikan yaitu pendekatan pembelajaran orientasi terhadap keanakaragaman karakteristik subyek didik. Pendidikan IPA dapat digunakan sebagai media untuk mengenali perspektif perkembangan bangsa dan digunakan sebagai basis pengembangan teknologi dan pembangunan. Tanggung jawab pendidikan IPA dalam pembagunan bangsa semakin berat dan perlu pembaharuan agar tidak ditinngal oleh bangsa itu sendiri, karena pendidikan IPA kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Salah satu bentuk usaha dalam mengembangkan pendidikan IPA adalah melalui modernisasi pendidikan IPA. Usaha modernisasi pendidikan IPA dilakukan terus-menerus dari waktu ke waktu. Modernisasi adalah proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesui dengan tuntutan zaman. Modernisasi pendidikan IPA maksudnya mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru.
Modernisasi IPA dari negara lain seperti negara Barat telah mengimbas ke Indonesia. Pada tahun 1969 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengidentifikasi 4 masalah dalam bidang pendidikan yang kemudian menjadi dasar modernisasi pendidikan Indonesia, yaitu:
1. Pemerataan (kuantitas) pendidikan
2. Mutu (kualitas) pendidikan
3. Relavansi pendidkan
4. Efektivitas dan efisiensi pendidikan

Adapun ciri-ciri modernisasi pendidikan IPA di era global, antara lain:
1)      Menggunakan TIK dalam berbagai aspek manajemen pembelajaran
pendidikan IPA.
2)      Menggunakan kurikulum berbasis tujuan.
3)      Menerapkan sistem penyampaian yang mengktifkan peserta didik dengan media berupa buku IPA dengan pendekatan modul pembelajaran dalam bentuk tercetak atau CD, bila perlu menggunakan e-learning atau distance learning.
4)      Materi IPA disesuaikan dengan struktur keilmuan IPA serta memasukan masalah ”sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat” (SALINGTEMAS).
5)      Menerapkan sistem penilaian menggunakan teknik dan instrument penilaian yang variatif.
Di era globalisasi ini, tantangan utama dalam pendidikan IPA adalah bagaimana melakukan pembelajaran IPA. Modernisasi pendidikan IPA dilakukan mengikuti kecenderungan baru dalam teknologi pendidikan IPA. Modernisasi pendidikan IPA di era global akan sangat bermanfaat dalam merealisasikan pendidikan IPA yang efektif dan efisien. Kemajuan Ilmu IPA akan mendrong kemajuan teknologi yang menggunakan ilmu IPA sebagai dasarnya.


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar